Tuesday, October 19, 2010

Kejang Demam

KEJANG DEMAM

I. KONSEP DASAR

A. Defenisi
Kejang demam atau Febrilevconvulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium dan intrakranium.

B. Etiologi
Kejang demam dapat disebabkan oleh :
1. Kejang demam yang berasal dari dalam susunan saraf pusat
 Ensefalitis (peradangan pada otak)
 Meningitis (peradangan pada serabut otak yaitu aracnoidea dan piameter)
 Tetanus
 Abses otak dan lain-lain
2. Kejang demam yang berasal dari luar susunan sarap pusat
 Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
 Otitis media akut (OMA)
 Tonsilitis
 Infeksi traktus urinarius
 Gasiroenteritis
 Furukulosis
3. Kejang demam yang diturunkan secara dominant autosomal sederhana yaitu dimana yang diturunkan ialah kemungkinan adanya defesiensi enzim yang dapat menyebabkan maturasi otak terlambat
4. Kejang demam yang disebabkan oleh kejadian prenatal (kelainan genetic infeksi pada janin struktur kromoson) dan perinatal (trauma, infeksi, hipoksia, alat anastesi, premature, dll) yang dapat menyebabkan kerusakan otak.

C. Manifestasi klinik
1. Kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat (>38oC)
2. Serangan kejang terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dari benruk tonik-klonok, tonik, klonok, fokal atau akinetik.
3. Nadi dan pernafasan cepat

Klasifikasi :
1. Livingston membuat criteria dan membagi kejang demam atas dua golongan yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple Fibrite convulsiom)
b. Epilefsi yang dipropokasi oleh demam (epilefsi triggered off fever)

Adapun kriterianya adalah:
a. Kejang demam sederhana ialah:
1) Kejang umum
2) Waktunya singkat
3) Umur serangan pertama kurang dari 6 tahun
4) Frekuensi serangan 1-4 kali /tahun
5) EEG normal
b. Yang digolongkan epilepsy yang diprovokasi oleh demam ialah:
1) Kejang lama atau fokal
2) Umer lebih dari 6 tahun
3) Frekuensi serangan lebih dari 4 kali/tahun
4) EEG setelah demam tidak normal

2. Prichard dan Mc Greal membagi kejang demam menjadi:
a. Kejang demam sederhana
b. Kejang demam atipikal

1) Adapun criteria untuk kejang demam sederana:
 Penderita dengan neurologis normal
 Umur 6 bulan sampai 4 tahun
 Suhu 100oF atau lebih
 Kejang simetris
 Kejang berlangsung kurang dari 30 menit
 Setelah kejang, neurologis normal
 EEG normal setelah tidak normal
2) Penderita kejang demam yang tidak memenuhi kriteria diatas digolongkan kedalam kejang demam atipikal

3. Sub Bagian anak FKUI-RSCM jakarta memodifikasi kriteria kejang demam menurut Living Stone menjadi lebih sederhana yaitu :
 Kriteria kejang demam sederhana
 Penderita kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari 7 kriteria tersebut digolongkan kepada epilepsi yang diprovokasi oleh demam dimana epilepsi ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang sedangkan demam hanya merupakan pencetus faktor pencetus saja.

4. Kriteria kejang demam sederhana menurut Thesis Lumban Tobing
 Adanya kejang dan demam
 Tidak ada deficit neurologist sebelum dan sesudah serangan kelang
 Liquar normal

D. Penatalaksanaan medik
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan yaitu:

a. Memberantas kejang secepat mungkin
Bila anak kejang segera berikan
1) Diazepam intravena → dosis rata-rata 0,3 mg/kg atau
Diazepam rectal → dosis ± 10 kg = 5 mg
≥ 10 kg = 10 mg
Bila kejang tidak berhenti tunggu 15 menit, dapat diulangi dosis yang sama, tetapi bila kejang berhenti berikan dosis awal Fenibarbiturat
Neonatus : 30 mg
1 bulan sampai 1 tahun : 50 mg
> 1 tahun : 75 mg
2) Bila Diazepam tidak tersedia pakai fenobarbital dengan dosis awal yaitu:
Neonatus : 30 mg 1 M
1 bulan sampai 1 tahun : 50 mg 1 M
> 1 tahun : 75 mg 1 M

b. Pengobatan penunjang
1) Semua ketat dibuka
2) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
3) Usahakan jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
4) Pengisapan lender secara teratur dan diberikan oksigen
5) Menurunkan suhu yang tinggi dengan kompres hangat

c. Pengobatan rumat (Pengbatan yang diberikan sesudah kejang dapat diatasi atau biasa disebut pengobatan untuk pemulihan).

d. Mencari penyebab dan mengobati

E. Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik dan tidak perlu menyebabkan kematian. Adapun frekuensi terulangnya kejang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama.

Apabila melihat kepada umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga maka lennox Bucthai (1973) mendapatkan :
1. Pada anak berumur (13 tahun terulangnya kejang pada wanita 30 % dan pria 33 %)
2. Pada anak berumur antara 14 bulan sampai 3 tahun dengan riwayat keluarga adanya kejang. Terulangnya kejang adalah 30 % sedangkan pada tanpa riwayat kejang 25%

Resiko yang akan dihadapi oleh seseorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari faktor :
1) Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam kelurga
2) Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam.
3) Kejang demam berlangsung lama atau kejang total.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
- Aktivitas / Istrahat
Gejala : Kelelahan, Kelemahan umum
Tanda : perubahan tanus / kekuatan otot
Gerakan incolunter / kontraksi otot ataupun sekelompok otot
ataupun sekelompok otot
- Sirkulasi
Gejala : Hipertensi, peningkatan nadi, sianosis, posiktal, tanda vital
normal atau defresi dengan penurunan nadi
- Eliminasi
Gejala : Inkontinensia
Tanda : Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus otot spingter
Otot relaksasi yang menyebabkan inkontinensia
- Makanan / Cairan
Gejala : Sensivitas terhadap makanan, mual/muntah
Tanda : Kerusakan jaringan / gigi
- Nyeri / Kenyamanan
- Pernafasan
- Keamanan

Pemeriksaan Fisik Keperawatan
1. Sistem pernapasan
Pernapasan cepat, apnoa, sianosis
2. Sistem kardiovaskuler
Bibir sianosis, kesadaran menurun, TD, akral dingin, nadi cepat
3. sistem pencernaan
Bibir kering, nafsu makan menurun, mual, diare, mukosa mulut luka
4. Sistem perkemihan
5. Sistem muskuloskeletal
Kelemahan otot-otot, kontraktor sendi
6. Sistem integumen
Kulit kering, turgor jelek, rambut rontok dan kotor, kulit panas dan kasar
7. Sistem penginderaan
Mata rabun senja tanpa kekurangan vitamin A
8. Sistem persyaratan
Perkembangan sel otak kurang, IQ rendah, retardasi mental, kelumpuhan
9. Sistem imunolgi
Menurun sehingga mudah terkena infeksi seperti ISPA, OMA, ISK

Diagnostik Test
- Pemeriksaan Laboratorium
1) Elektrolit : tidak seimbang
2) Glukosa hipoglikemia (normal : 80-120)
3) Ureum/kreatinin : meningkat (U : 10-15 & K = < 1,4 mg /dl)
4) Sel darah merah (Hb) menurun (N L : 14-18 & P : 12-26 g / dl )
5) Sel darah putih (leukosit) meningkat (N : 4-10 ribu / ul)
6) LED 1 jam / 2 jam meningkat
7) Fungsi lumbal : untuk menegtahui tekanan normal dari css tanda-tanda infeksi.
- EEG digunakan menentukan adanya kelainan pada SSP
- Pemeriksaan radiology

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi b/d adanya infeksi
b. Resiko tinggi cedera fisik : lidah tergigit b/d aktivitas motorik meningkat
c. Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake kurang.
d. Resiko tinggi perubahan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b/d pengeluaran berlebihan.
e. Kecemasan orang tua b/d dampak hospitalisasi.
f. Kurang pengetahuan orang tentang penanganan saat kejang b/d kurangnya informasi.

3. Rencana Keperawatan
1. Hipertermi b/d adanya proses infeksi.
Tujuan : suhu tubuh normal 36 0C-37 0C pada klien
Intervensi :
 Kaji penyebab hipertermi
R/ Hipertermi merupakan salah satu gejala/kompensasi tubuh terhadap adanya infeksi baik secara lokal maupun secara sistemik. hal ini perlu diketahui sebagai dasar dalam rencana intervensi.
 Observasi suhu badan
R/ proses peningkatan suhu menunjukkan proses penyakit infeksius akut
 Beri kompres hangat pada dahi/axilla
R/ Daerah dahi / axilla merupakan jaringan tipius dan terdapat pembuluh darah sehingga proses vasodilatasi pembuluh darah lebih cepat sehingga pergerakan molekul cepat.
 Beri minum sering tapi sedikit.
R/ Untuk mengganti cairan yang hilang selama proses evaporasi.
 Anjurkan ibu untuk memakaikan pakaian tipis dan yang dapat menyerap keringat.
R/ Pakaian yang tipis dapat membantu mempercepat proses evaporasi.
 Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik
R/ Obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali pusat pengatur panas

2. Resko tinggi cedera fisik: lidah tergigit b/d altivitas meningkat (kejang)
Tujuan : lidah tidak tergigit
 Jelaskan kepada keluarga akibat-akibat yang terjadi saat kejang berulang
R/ Penjelasan yang baik dan tepat pada keluarga sangat penting untuk meningkatkan pengetahuannya dalam mengatasi kejang
 Sediakan spatel lidah
R/ spatel lidah sangat penting untuk mencegah jika tergigitnya lidah
 Beri posisi miring kiri dan kanan
R/ mencegah aspirasi lambung
 Lakukan suction bila banyak lendir
R/ secret yang banyak dapat menyumbat jalan nafas dalam hal ini dapat mengakibatkan disteress pernapasan sehingga harus dilakukan suction bila banyak lender.
 Penatalaksanaan pemberian obat anti konvulsan
R/ sebagai pengatur gerakan motorik / menghentikan gerakan motorik yang berlebihan.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
 Kaji pola makan
R/ adanya perubahan pola makan seperti nafsu makan menurun dan dapat memperburuk status anak
 Timbang BB bila memungkinkan
R/ peningkatan BB penting untuk mengetahui perubahan status nutrisi
 Anjurkan ibu untuk memberi makanan sedikit tapi sering
R/ membantu mengurangi distensi lambung
 Beri makanan yang bervariasi
R/ menambah nafsu makan
 Monitor dan catat makanan yang dihabiskan klien
R/ mengetahui intake yang masuk
 Penatalaksanaan pemberian nutirisi parental.
R/ untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak

4. Resiko tinggi perubahan volume cairan kurangdari kebutuhan b/d intake yang berlebihan
Tujuan : tidak terjadi kekurangan volume cairan
Intervensi
 Monitor tanda-tanda dehidrasi
R/: adanya perubahan pola makan seperti nafsu makan berkurang akan dapat memperburuk status klien karena intake kurang
 Anjurkan beri minum banyak sesuai kebutuhan klien
R/: dapat mengganti kebutuhan cairan klien yang hilang
 Observasi tanda-tanda vital
R/: merupakan indikator dari volume cairan
 Observasi frekuensi dan konsistensi bab
R/: mengetahui perkembangan penyakit serta indikasi dalam rencana intervensi
 Penatalaksanaan pemberian infus parental
R/: memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan mengganti cairan yang hilang.

5. Kecemasan orang tua
Tujuan : Kecemasan pada orang tua berkurang
Intervensi
 Kaji pengetahuan orang tua tentang penyakit anaknya
R/: mengetahui kebutuhan keluarga akan pengetahuan sehingga dapat mengurangi kecemasan
 Beri support pada keluarga bahwa anaknya akan sembuh kalau disiplin dalam mengikuti perawatan
R/: memberikan harapan, menurunkan kecemasan, mentaati anjuran pengobatan
 Beri kesempatan pada keluarga untuk mengungkapkan perasaanya
R/: mengurangi beban psikologi dan menyalurkan aspek emosional secara efektif dan cepat
 Beri informasi yang nyata tentang perawatan yang diberikan
R/: Dapat meningkatkan pengetahuan orang tua sehingga dapat mengurangi kecemasan

6. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penanganan saat kejang b/d kurang terpajang informasi.
Tujuan : orang tua dapat memahami tentang penanggulangan kejang
Intervensi
 Kaji tingkat pengetahuan orang tua tentang penanggulangan kejang
R/: memudahkan dalam pemberian pemahaman tentang kejang sesuai dengan tingkat pengetahuan orang tua
 Berikan penjelasan pada orang tua klien tentang penanggulangan kejang
R/: penjelasan yang baik dan tepat meningkatkan pengetahuan orang tua dalam menangani kejang
 Anjurkan pada orang tua klien tentang cara penggunaan spatel
R/: informasi tentang cara penggunaan spatel sangat penting agar dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga klien
 Anjurkan pada orang tua untuk segera membawa anaknya kerumah sakit atau puskesmas bila anaknya kejang yang lama
Mengurangi komplikasi atau bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kejang.



DAFTAR PUSTAKA

Betz L. Cecily. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. 2002

Speer Kathleen Morgan.Pediatric Care Planning Ashwill, third edition. Pediatric Nurse Practitioner Childrens Medical Center of Dallas. Springhouse Corporation. Springhouse Pennsylvania. 1999

Ngastiyah. Perawatan anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997

Corwin, J. Elizabeth. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Jakarta. 2000

Suriadi, SKp., Rita, SKp. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1. CV Sagung Seto. Jakarta, 2001

No comments:

Post a Comment