Wednesday, May 26, 2010

Fraktur


KONSEP DASAR

A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
Fraktur clavikula dapat terjadi karena trauma kelahiran atau karena trauma lain seperti trauma kecelakaan lalu lintas. Trauma dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung pada posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstretched hand ), dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai Clavikula.
Fraktur femur 1/3 proximal adalah fraktur yang terjadi akibat terputusnya jaringan kontinuitas pada regio seperti 1/3 proximal femur sinistra dan terjadi kerusakan jaringan lunak meliputi struktur otot dan neurovaskuler.

B. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh :
Pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan pantir mendadak bahkan kontraksi otot ekstrim.

Faktor penyebab fraktur :
- trauma langsung pada tulang
- trauma tidak langsung pada tulang
- penyakit-penyakit pada tulang
- fatigue (stress fractures)

C. Klasifikasi fraktur
1. Fraktur terbuka adalah : fraktur dimana kulit dari ekstremitas yang terlibat telah ditembus.
2. Fraktur tertutup : Fraktur yang terjadi dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.

E. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, diformitas, pemendekan ekstremitas, kripitasi, pembengkakan lokal dan perubahan warna.
 Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang dimobilisasi. Spasem otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah.
 Setelah terjadinya fraktur, bagian-bagian tidak dapt digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas.
 Pada fraktur spontan terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah fraktur.
 Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan terasa adanya drik tulang dinamakan kripitasi, teraba akibat gesekan antara fragmen yang satu dengan fragmen yang lain.
 Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan peredaran yang menguasai.
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur.

F. Komplikasi Fraktur dan Prognosis
1. Komplikasi awal
Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok, yang bisa berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cedera : emboli lemak yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih dan sindrom kompartemen yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak ditangani segera. Komplikasi lain : operasi irigasi dan debridemen pada fraktur terbuka harus diulakukan dalam waktu 6 jam setelah terjadi cedera. Untuk mengurangi kemungkinan infeksi, trombo emboli yang dapat menyebabkan kematian jaringan dan beberapa minggu setelah cedera.

2. Komplikasi lambat:
Dalam penyembuhan fraktur komplikasi yang bisa muncul adalah :
a. Mal union : Sembuh dengan deformitas angulasi, rotasi atau pemendekan. Penyebab adalah kegagalan reduksi dalam masa penyembuhan.
b. Delayed Union : fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih dari normal, penyebabnya adalah suplai darah in adekuat dan infeksi.
c. Non union : fraktur tidak menyambung dalam 20 minggu. Penyebab reduksi yang tidak benar, imobilisasi yang kurang tepat, adanya interposisi jaringan lemak.

G. Penatalaksanaan
Sasaran tindakan pada fraktur :
1. Mengembalikan fragmen tulang ke posisi anatomis normal (reduksi)
2. Mempertahankan reduksi sampai terjadi penyembuhan (imobilisasi)
3. Mempercepat pengembalian fungsi dan kekuatan normal bagian yang terkena (rehabilitatif)

Metode untuk Mencapai Reduksi :
- Reduksi tertutup
- Traksi
- Reduksi terbuka

Metode untuk Mempertahankan Imobilisasi
- Alat eksterna : bebat, brace, case, pin dan gips, fiksasi eksterna, traksi, balutan.
- Alat interna : Nail, plat, sekrup.

Mempertahankan dan Mengembalikan Fungsi :
- Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
- Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan
- Memantau status neurovaskuler
- Mengontrol kecemasan dan nyeri
- Latihan isometric dan setting otot
- Kembali ke aktivitas secara bertahap.

Terapi
1. Terapi konservatif
a. Proteksi
b. Imobilisasi tanpa reposisi
c. Reposisi tertutup dengan fiksasi gips
d. Traksi
2. Terapi operatif
a. Reposisi tertutup dengan fiksasi eksterna
b. Reposisi terbuka dengan fiksasi terbuka
c. Arthkropasty


KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Sirkulasi
Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vaskuler perifer, atau stasis vaskuler (peningkatan risiko pembentukan trombus).
2. Integritas Ego
Gejala : Perasaan cemas, takut, marah, apati. Faktor-faktor stres multipel, misalnya finansial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : Tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang. Stimulasi simpatis.
3. Makanan/Cairan
Gejala : Insufisiensi pankreas/DM (predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis). Malnutrisi (termasuk obesitas). Membran mukosa yang kering (pembatasan pemasukan/periode puasa praoperasi).
4. Pernapasan
Gejala : Infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5. Keamanan
Gejala : Alergi atau sensitif terhadap obat, makanan, plester, dan larutan. Defisiensi immun (peningkatan risiko infeksi sistemik dan penundaan penyembuhan). Riwayat keluarga tentang hipertermia maligna/reaksi anestesi. Riwayat penyakit hepatik (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi). Riwayat transfusi darah/reaksi transfusi.
Tanda : Munculnya proses infeksi yang melelahkan; demam.
6. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Penggunaan antikoagulasi, steroid, antibiotik, antihipertensi, kardiotonik glikosid, antidisritmia, bronkodilator, diuretik, dekongestan, analgesik, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alkohol (risiko akan kerusakan ginjal yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anestesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pascaoperasi).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Praoperasi
1. Kurang pengetahuan b/d kurangnya pemajanan/mengingat, salah interpretasi informasi.
2. Ansietas b/d ancaman kematian, perubahan pada status kesehatan.

Intraoperasi
1. Risiko tinggi cedera b/d lingkungan eksternal dan internal.
2. Risiko tinggi infeksi b/d kulit yang rusak, trauma jaringan, stasis jaringan tubuh.
3. Risiko tinggi perubahan suhu tubuh b/d penggunaan obat, zat anestesi.

Pascaoperasi
1. Pola napas tidak efektif b/d peningkatan ekspansi paru, energi.
2. Perubahan proses pikir b/d stres fisiologis.
3. Risiko tinggi kekurangan volume cairan b/d pembatasan pemasukan cairan secara oral, hilangnya cairan tubuh secara tidak normal.
4. Nyeri akut b/d gangguan pada kulit, jaringan, dan integritas otot, trauma muskuloskeletal/tulang.
5. Kerusakan integritas kulit b/d interupsi mekanis pada kulit/jaringan.
6. Risiko perubahan perfusi jaringan b/d gangguan aliran vena, arteri.

C. TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

Praoperasi
1. Mengutarakan pemahaman proses penyakit/proses praoperasi dan harapan pascaoperasi.
2. Melaporkan penurunan rasa takut dan cemas yang berkurang ke tingkat yang dapat diatasi.

Intraoperasi
1. Memodifikasi lingkungan sesuai petunjuk untuk meningkatkan keamanan dan menggunakan sumber-sumber secara tepat.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko individu dan intervensi untuk mengurangi potensial infeksi.
3. Suhu tubuh dalam jangkauan normal.

Pascaoperasi
1. Pola napas normal/efektif dan bebas dari sianosis atau tanda-tanda hipoksia lainnya.
2. Mengenali keterbatasan diri dan mencari sumber bantuan sesuai kebutuhan.
3. Keseimbangan cairan adekuat.
4. Mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/hilang.
5. Mencapai penyembuhan luka.
6. Perfusi jaringan adekuat.

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Praoperasi

1. Kurang pengetahuan b/d kurangnya pemajanan/mengingat, salah interpretasi informasi.
Intervensi :
a. Kaji tingkat pemahaman pasien.
b. Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan.
c. Berikan program pengajaran praoperasi individual: pembatasan dan prosedur
praoperasi/pascaoperasi.
d. Sediakan kesempatan untuk melatih batuk, napas dalam, dan latihan otot.

2. Ansietas b/d ancaman kematian, perubahan pada status kesehatan.
Intervensi :
a. Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukannya penundaan prosedur pembedahan.
b. Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan faktual.
c. Catat ekspresi yang berbahaya/perasaan tidak tertolong, preokupasi dengan antisipasi perubahan/kehilangan, perasaan tercekik.
d. Beritahu pasien kemungkinan dilakukannya anestesi lokal atau spinal dimana rasa pusing atau mengantuk mungkin saja terjadi.

Intraoperasi

1. Risiko tinggi cedera b/d lingkungan eksternal dan internal.
Intervensi :
a. Periksa identitas pasien dan jadwalkan prosedur operasi dengan membandingkan grafik pasien, pita lengan dan jadwal pembedahan. Pastikan secara verbal nama, prosedur dan dokter yang tepat.
b. Berikan petunjuk yang sederhana dan singkat pada pasien yang sadar.
c. Amankan pasien pada meja operasi dengan sabuk pengaman pada paha sesuai kebutuhan, menjelaskan perlunya restrein.
d. Siapkan peralatan dan bantalan untuk posisi yang dibutuhkan sesuai prosedur operasi dan kebutuhan spesifik pasien.
e. Cegah jatuhnya cairan di bawah dan di sekitar tubuh pasien.
f. Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan selama prosedur operasi dilaksanakan.
g. Anjurkan perubahan posisi pada ahli anestesi dan/atau dokter bedah sesuai kebutuhan.

2. Risiko tinggi infeksi b/d kulit yang rusak, trauma jaringan, stasis jaringan tubuh.
Intervensi :
a. Uji kesterilian semua peralatan.
b. Ulangi studi laboratorium untuk kemungkinan infeksi sistemik.
c. Uji bahwa kulit praoperasi, vaginal, dan prosedur pembersihan usus telah dilakukan sesuai kebutuhan.
d. Pertahankan gravitasi drain dependen dari kateter indwelling, selang, dan/atau tekanan positif dari parenteral atau jalur irigasi.
e. Sediakan pembalut yang steril.
f. Lakukan irigasi luka yang banyak, misalnya salin, air, antibiotik atau antiseptik.
g. Berikan antibiotik sesuai petunjuk.

3. Risiko tinggi perubahan suhu tubuh b/d penggunaan obat, zat anestesi.
Intervensi :
a. Catat suhu praoperasi.
b. Lindungi area kulit diluar wilayah operasi.
c. Catat elevasi suhu yang cepat/demam tinggi menetap dan obati secara tepat per protokol.
d. Pantau suhu melalui fase intraoperasi.
e. Kolaborasi pemberian dantrolen (Dantrium) untuk pemberian IV.

Pascaoperasi

1. Pola napas tidak efektif b/d peningkatan ekspansi paru, energi.
Intervensi :
a. Pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepala, hiperekstensi rahang, aliran udara faringeal oral.
b. Auskultasi suara napas. Dengarkan adanya kumur-kumur, mengi, crow, dan/atau keheningan setelah ekstubasi.
c. Observasi frekuensi dan kedalaman pernapasan, pemakaian otot-otot bantu pernapasan, perluasan rongga dada, retraksi atau pernapasan cuping hidung, warna kulit, dan aliran udara.
d. Lakukan latihan gerak sesegera mungkin pada pasien yang reaktif dan lanjutkan pada periode pascaoperasi.
e. Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan.
f. Berikan obat-obatan IV seperti Nalokson (Narkan) atau Doksapram (Dopram).

2. Risiko tinggi kekurangan volume cairan b/d pembatasan pemasukan cairan secara oral, hilangnya cairan tubuh secara tidak normal.
Intervensi :
a. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran (termasuk pengeluaran cairan gastrointestinal).
b. Pantau tanda-tanda vital.
c. Catat munculnya mual/muntah.
d. Periksa pembalut, alat drein pada interval reguler. Kaji luka untuk terjadinya pembengkakan.
e. Berikan cairan parenteral, produksi darah dan/atau plasma ekspander sesuai petunjuk. Tingkatkan kecepatan IV jika diperlukan.
f. Berikan kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur sesuai petunjuk.
g. Berikan antiemetik sesuai kebutuhan.

3. Nyeri akut b/d gangguan pada kulit, jaringan, dan integritas otot, trauma muskuloskeletal/tulang.
Intervensi :
a. Evaluasi rasa sakit secara reguler (mis: setiap 2 jam x 12) catat karakteristik, lokasi dan intensitas (skala 0 -10).
b. Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi.
c. Lakukan reposisi sesuai petunjuk, misalnya semi-fowler; miring.
d. Dorong penggunaan teknik relaksasi, misalnya latihan napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.
e. Berikan obat sesuai indikasi; analgesik IV.

4. Kerusakan integritas kulit b/d interupsi mekanis pada kulit/jaringan.
Intervensi :
a. Beri penguatan pada balutan awal/penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptik yang ketat.
b. Secara hati-hati lepaskan perekat (sesuai arah pertumbuhan rambut) dan pembalut pada waktu mengganti.
c. Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.
d. Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.
e. Tinggikan daerah yang dioperasi sesuai kebutuhan.
f. Tekan areal atau insisi abdominal dan dada dengan menggunakan bantal selama batuk atau bergerak.
g. Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka.
h. Biarkan terjadi kontak antara luka dengan udara sesegera mungkin atau tutup dengan kain kasa tipis sesuai kebutuhan.
i. Irigasi luka; bantu dengan melakukan debridemen sesuai kebutuhan.

5. Risiko perubahan perfusi jaringan b/d gangguan aliran vena, arteri.
Intervensi :
a. Ubah posisi secara perlahan di tempat tidur dan pada saat pemindahan.
b. Bantu latihan rentang gerak, meliputi latihan aktif kaki dan lutut.
c. Bantu dengan ambulasi awal.
d. Kaji ekstremitas bagian bawah seperti adanya eritema, tanda Homan positif.
e. Pantau tanda-tanda vital; palpasi denyut nadi perifer; catat suhu/warna kulit dan pengisian kapiler.
f. Berikan obat-obatan antiembolik sesuai indikasi.

E. EVALUASI

Praoperasi
1. Mengutarakan pemahaman proses penyakit/proses praoperasi dan harapan pascaoperasi.
2. Melaporkan penurunan rasa takut dan cemas yang berkurang ke tingkat yang dapat diatasi.

Intraoperasi
1. Memodifikasi lingkungan sesuai petunjuk untuk meningkatkan keamanan dan menggunakan sumber-sumber secara tepat.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko individu dan intervensi untuk mengurangi potensial infeksi.
3. Suhu tubuh dalam jangkauan normal.

Pascaoperasi
1. Pola napas normal/efektif dan bebas dari sianosis atau tanda-tanda hipoksia lainnya.
2. Mengenali keterbatasan diri dan mencari sumber bantuan sesuai kebutuhan.
3. Keseimbangan cairan adekuat.
4. Mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/hilang.
5. Mencapai penyembuhan luka.
6. Perfusi jaringan adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddart. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2001.

Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3 Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2000.

Elisabet J. Corwin. Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2000.
Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6 Vol 1 Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005.

1 comment: